"Jari-jemari kita tak pernah diam. Tapi apakah ia pernah
taubat?"
Buku ini bukan sekadar tentang media sosial, bukan pula
tentang adab dunia maya semata. Ia adalah panggilan sunyi
dari ruang terdalam hati, yang pelan-pelan mengingatkan:
bahwa di balik satu sentuhan jari, bisa tersimpan
keberkahan... atau bencana.
Jari-Jemari yang Tak Pernah Taubat mengajak pembaca
menyusuri lorong sunyi perenungan diri. Setiap bab adalah
cermin, yang memantulkan kebiasaan kecil yang kerap kita
remehkan—like, share, komen, scroll—yang ternyata bisa
mencetak jejak besar dalam catatan amal kita.
Dengan gaya bahasa yang lembut, puitis, dan sarat makna,
buku ini menyusup ke relung hati tanpa menghakimi. Ia
menanyakan ulang sesuatu yang sering kita lupakan:
Apakah jari ini pernah kita ajak taubat? Ataukah selama ini ia
justru aktif mencatat dosa?
Dibalut dengan kutipan Al-Qur’an, hadits Nabi ,صلى الله عليه وسلمdan
nasihat para ulama, buku ini tidak sedang menasihati dari
atas. Ia duduk di sebelahmu, berbicara pelan, lalu
mengajakmu pulang: kepada kesadaran, kepada kejujuran,
dan kepada Tuhan yang tak pernah lelah menunggu.
Jika selama ini kita menyesali kata-kata yang pernah
terucap, mungkin sudah saatnya kita juga menyesali apa
yang pernah kita sentuh.